Skip to main content

Posts

Showing posts from 2017

Perkara Makan dan Saudaranya

Makan adalah perkara rumit dalam hidup saya. Ini tak semudah seperti yang digambarkan orang-orang yang berkata bahwa itu hanya soal punya duit atau tidak. Makan bagi saya lebih rumit dari itu. Kakak saya pernah bilang, menyuruh saya makan itu seperti menyuruh orang ‘macul’ sawah. Begitulah yang ia tangkap. Saya tidak menganggap itu salah pun tidak membenarkan. Memang terasa berat, tapi tidak seperti mencangkul yang memerlukan cukup tanggung jawab. Menurut saya, disuruh makan itu sama halnya disuruh menimba air sumur dengan ember ukuran mini, ringan sih, tapi malas untuk memulainya apalagi menikmatinya. Perkara makan memang rumit bagi saya, itu juga jawaban atas pertanyaan orang-orang, mengapa saya masih kurus-kurus saja seperti sekarang. Kamu mungkin pernah punya sesuatu yang tidak kamu sukai, misal membaca buku bagimu adalah hal yang membosankan, membahas politik adalah topik yang kamu hindari, membicarakan tetangga adalah hal yang kamu benci. Saya pun mempunyai kegiatan y

Hidup Dengan Sedikit Benda

Baru-baru ini saya menyadari bahwa saya terlalu banyak mencemaskan benda-benda yang saya miliki. Terlebih benda yang benar-benar saya sukai. Kesadaran itu baru terjadi, tapi bukankah seharusnya kejadian -mencemaskan benda-benda- sudah berlangsung sedari saya lahir, semenjak kali pertama kita membeli suatu benda dari sebuah toko? Hanya, saya tidak menyadari itu. Saya menyukai suatu benda lalu saya membeli dan menyimpannya. Saya cemas jika benda itu hilang. Saya memastikan benda itu baik-baik saja. Ada berapa benda? Sejauh ini pasti sudah bertumpuk dan membuat rumah makin pengap. Apa saya benar-benar memerlukannya? Kalau dipikir-pikir, tidak juga. Saya menyadari siklus ini semenjak sering berpindah-pindah tempat. Rasanya susah sekali untuk tidak membawa suatu benda kesayangan. Tapi karena keterbatasan dan demi kemudahan, saya harus menjadi raja tega. Membawa hanya beberapa benda yang memang benar saya perlukan.  Hidup berjauhan dengan rumah membuat saya berpikir, terny

Review Novel To Kill A Mocking Bird

Doc. irerosana Perlu waktu yang tidak sebentar bagi Amerika untuk mendewasakan diri, menerima bahwa warna kulit bukanlah sesuatu yang patut diperselisihkan lebih jauh. Dalam novel ini, tergambar betapa perbedaan tersebut menjadi begitu kentara. Berlatar setting di Alabama 1936, di sebuah tempat bernama Maycomb County, Harper Lee mengajak pembaca untuk tahu bahwa menjalani perbedaan pada masa itu tidaklah mudah. Ia menciptakan tokoh peremuan kecil berusia 9 tahun, Jean Louise “Scout” Finch, dan menggunakan matanya untuk mencerna keseluruhan cerita.   Scout yang polos mulai membuka mata kita tentang bagaimana situasi dan sosok ayahnya, Atticus Finch yang seorang pengacara dan kakaknya Jem. Mereka hidup dengan seorang pengurus rumah dari seorang kulit hitam, Calpurnia. Untuk menggugah rasa penasaran, Harper Lee menghadirkan sosok Boo Radely yang misterius dan belum pernah terlihat sekali pun. Layaknya anak, mereka menebak-nebak Boo menurut versi mereka. Boo yang tergambar

Singapore Jalur Backpacker (part 3)

  Aroma Imlek di Chinatown   Chinatown food street di pagi hari   Berbeda dengan perjalanan beberapa tahun lalu yang menggunakan jasa private tour. Backpacker bersama suami kali terasa lebih menyenangkan. Saya jadi mulai paham alur, jalan dan paham cara bergerak di Singapura. Kurang lebih pukul 10.30 kami sampai di St Chinatown. Kami bergegas keluar dan mengaktifkan google map untuk mencari hostel yang sudah kami booking. Tak berapa jauh berjalan, kami melewati Chinatown foodstreet. Terlihat di kanan kiri beberapa stand makanan lengkap dengan harga-harga, di sekitar stand terdapat meja kursi untuk pengunjung yang juga sudah penuh terisi. Kami tak sempat mencicipi apalagi meneliti tulisan pada menu di samping kanan dan kiri. Kami sengaja tak mampir, rencana kami ingin terlebih dahulu menuju hostel, menaruh beberapa barang dan keluar kembali dalam keadaan ringan. Sebelum sampai di penghujung pesta kami sudah menemukan nama Burrow. Bergegas kami mencari ja