Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2015

Review Novel : Ayahku (Bukan) Pembohong.

  Sumber : tulismenulis.com Bila kamu calon ayah, pelajaran pertama apa yang akan kau hadiahkan kepada anakmu kelak? Bila kamu seorang ayah, pelajaran pertama apa yang sudah kamu ajarkan kepada anakmu? Saya percaya mengajarkan kearifan melalui dongeng atau cerita akan lebih mengena di hati seorang anak ketimbang memarahi dan menghukum untuk tidak boleh melakukan sesuatu dalam batas waktu tertentu. Beruntung semasa kecil saya hidup di zaman   di mana internet, sosial media belum lahir dan hiburan hanya sebatas dari televisi milik orang berpendapatan lebih. Di masa itu, kebersamaan menjadi salah satu pembunuh sepi. Bapak dengan pengetahuannya yang minim sering mendongeng sebagai pengantar tidur. Detail ceritanya masih saya ingat sampai sekarang, tentu ada pengaruh nilai pembelajaran yang masih melekat secara kuat dalam diri saya. Seorang Tere Liye melalui novel ‘Ayahku (Bukan) Pembohong’ ingin menampilkan sebuah cerita tentang seorang ayah yang mendidik anaknya mela

Review Novel : Semusim dan Semusim Lagi

“ Kuberitahu : rasa iba dari orang lain adalah bahan bakar paling ampuh untuk membuatmu cepat mati.” p. 211 Banyak cara pandang yang menyenangkan -bagi kaum yang menyebut dirinya unik- yang bisa digali dari novel ini. Setelah sekian lama menelusuri novel demi novel, kembali saya bisa merasakan lagi bagaimana indahnya berlama-lama dengan sebuah novel. Yang saya ingat, terakhir saya menelusuri kata demi kata dan menikmati alur cerita adalah dari Gelombang.  Novel yang menyenangkan bisa menghadirkan suasana ‘enggan berakhir’, jangan sampai bertemu ujung halaman. Ternyata ada lo penulis yang bisa mendeskripsikan kegiatan-kegiatan kecil seperti berhayal, dan membuat secangkir kopi menjadi kegiatan yang menyenangkan.   Ketika membacanya saya lupa bahwa novel itu adalah karya dari orang Indonesia karena terasa seperti novel terjemahan luar.   Mungkin juga karena pemilihan adegan dan nama tokoh yang cenderung kebarat-baratan sehingga mengecoh pembaca. Hingga pada titik ketik

What Freedom Means to You?

Hal kedua yang paling kubenci selain menghadiri pernikahan adalah mengikuti meeting. Seperti halnya 3 jam sudah kulalui di sini. Duduk di ruang ber AC dengan wangi kental lavender - yang pasti berasal dari pengharum ruangan yang masih baru- sembari menyaksikan rekan-rekanmu berdiskusi, lebih tepatnya berdebat.  Kau tahu, kehidupan waktumu terbunuh secara sia-sia atas nama meeting . Sebenarnya yang mereka lalukan hanyalah duduk dengan diawali upacara kecil, lalu membahas akar suatu masalah untuk sampai kepada suatu solusi. Masalahnya, solusi itu ibarat harta karun di kutub utara dan orang-orang ini memulai perjalanannya dari Asia Tenggara. Aku sanksi harta itu akan berhasil ditemukan kurang dari setengah hari jika melihat situasi sekarang (jadwal meeting seharusnya tidak lebih dari 2 jam). “Ayolah, mikir lagi! Mr. George nggak akan suka dengan ide kampungan itu! Parasailing, Terjun bebas, itu klise! Itu sudah banyak dipakai iklan rokok!” Albert mulai kehilangan kendali.