Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2014

AirAsia - Love at The First Flight

Saya masih ingat betul hari, tanggal, rasa dan gimana deg-degannya saya ketika pertama kali naik pesawat. Tepatnya tahun lalu   tanggal 12 Maret 2013 pukul 7.15 am, beranjak dari Ahmad Yani-Semarang menuju Soekarno Hatta-Jakarta via AirAsia. Rasanya sewaktu masih menunggu keberangkatan itu gado-gado banget, penasaran...iya, takut...baget, exited...pasti, plus nervouse dan deg-degan macam mau bertemu calon mertua (orang camer aja belum punya).  Sumber : Doc. Pribadi Umur sudah seperempat abad tapi memang benar saya sama sekali belum pernah naik pesawat. Emm...takut jatoh, takut nabrak, takut ketinggian, takut ketembak pesawat jet lain (korban PS -_- ) emmm...tapi itu semua salah, yang benar adalah takut harganya selangit, hehehe.  Dan.... semua berubah ketika iklan promo AirAsia menyerang..... Sumber : zamzamtiketonline.blogspot.com Waktu itu saya tengah bersantai di ruang tengah bersama keluarga, tiba-tiba sinetron favorite emak saya terpotong iklan,

Saya Masih Ada

Sumber : Doc. Pribadi Melihat 2 blog saya yang sepi akan timbul pertanyaan ‘apa saya tengah jenuh menulis?’ atau berniat mengundurkan diri dari dunia literasi? Jawabnya tentu saja ‘TIDAK!’. Saya tidak pernah meninggalkan tulisan barang sedetik pun! Bahkan mimpi itu masih terasa, masih menghantui dikala saya beranjak dan bangun dari tidur samban harinya. Memang saya tengah sibuk dengan job menulis offline di koran lokal.  Biarpun tidak rutin juga tapi bila dikumpulkan tetaplah lumayan menjawab betapa saya masih benar mencintai dunia ini.  Posting ke blog? Hmm.... saya kurang tahu apakah tulisan yang sudah saya kirim dan cetak offline bisa di posting ke blog atau tidak, tapi agaknya itu menjadi sebuah pertanda kelumpuhan atas kemampuan saya memenuhi blog pribadi. Saat ini saya cenderung menghindarinya. Saya sadar tidak akan berada di lapangan selamanya. Kelak, akan ada satu waktu di mana saya hanya akan bercumbu dengan imajinasi dan materi yang saat ini tengah

Stasiun Langit

Lebih dari seperempat abad sudah aku hidup di bumi dan dengan sedikit malu aku menjawab pertanyaanmu,  “Sudah pernah ke stasiun sebelumnya?” Aku menggeleng, “ini pertama kalinya aku pergi ke stasiun.” Huft... Memangnya aku harus pergi ke mana? Yang kutahu dunia hanyalah tanah yang sedang kupinjak ini.  Selebihnya entah apa! Aku lebih sering berpetualang dengan pikiranku sendiri. Lebih dari yang kubayangkan, stasiun ternyata sungguh indah.  Orang-orang berlalu-lalang, menunggu, mengantri, bercanda dan berfoto bersama. Yang kulihat, stasiun langit begitu kokoh, tergurit dari arsitekturnya yang bernuansakan jaman kolonial. Entah paduan eksotisme langka dengan modern, entah malam memang sedang syahdu-syahdunya ataukah kebersamaan kita yang begitu sendu.  Berpisah... Adakah kata lain yang lebih memilukan daripada yang bermakna ‘perpisahan’? Di stasiun aku terserang virus dadakan. Basuhan kegelian dan keheranan, lucunya mata ini perlahan sembab. Stasiun t