Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2013

Satu Tambah Satu

  Orang bodohpun tahu berapa jumlahnya. ‘Satu tambah satu’ mutlak ‘dua’. Puluhan tahun silam aku memaksanya tetap menjadi sama dengan ‘satu’. ‘Satu ditambah satu’ harus menjadi ‘satu’! Kataku. Aku bukan orang matematika, pun tak tahu sejarah angka. Aku miskin pengetahuan tentang bagaimana angka pertama kali muncul, mengapa di sebut ‘satu’? mengapa berbentuk lonjong dan tipis menyerupai tiang listrik atau lebih sering mirip sapu lidi? Siapa yang pertama kali menciptakan dan mendeklarasikannya? Guru matematikaku pun tidak pernah membahas soal itu. mungkin bagi mereka itu tidak penting, pula tak berkonstribusi pada nilai matematika murid. Namun, guru sejarah pastilah menyadari bahwa filosofi itu perlu. Semua berakar dari sejarah, dan akan berakhir menjadi sejarah.   Angka satu itu kutemukan pada diriku puluhan tahun silam. Lalu, kembali aku menemukanya pada dirimu beberapa tahun setelahnya. Berkali-kali kuutak-utik hasilnya tetap sama! ‘Satu ditambah satu’ itu sama dengan ‘du

Putri Tanpa Istana

Setahuku putri pasti punya istana atau kerajaan. Ketika pertama kali aku lahir di bumi ini tentu aku tak tahu apa itu putri, lima tahun setelahnya barulah aku tahu apa itu putri. Putri yang pertama ku kenal adalah Putri Diana, walaupun bukan putri sejati. Yang dimaksud putri sejati adalah wanita yang lahir dari rahim ratu dan dibuahi oleh raja dari suatu kerajaan tertentu. Jadi Diana itu bukan putri, dia hanya wanita biasa yang diangkat menjadi putri karena berhasil usaha memikat hati pangeran.  Diana sama seperti Cinderela , yaitu aku (bhahahaha). Aku memang gemar dengan cinderela , dan bukan Snow White , bukan juga Rupanzel, kenapa? Karena mereka benar berdarah istana, sedang aku? Aku putri rakyat jelata, jadi kiralah cinderela yang masih memungkinkan untuk kuikuti jejaknya. Cinderela suka bermain politik, dia sengaja datang terlambat untuk menjadi sorotan, dalam ilmu marketing itu sebuah positioning dan timing yang tepat, dikala pangeran jemu dengan puluhan wanita cant

Kotak Hitam

  Yaitu 2 bulan yang lalu aku masih melakukan rutinitas di sebuah kotak. Galau aku bila mengingat pagi sebelum jam 7, sore sebelum jam 5, dan beberapa orang di sana. Tapi muak aku mengingat keterarturan yang mematikan kreativitas, kesaklekan yang mubazir, keegoisan demi mempertahankan hidup, dan kepanasan otak karna sikap beberapa orang menarik dan memaksa untuk dibicarakan! Apa yang tidak aku dapat? Semua sudah aku miliki. Semua hal yang dulu hanya ada dalam mimpi di sana sudah berhasil aku beli. Lalu apalagi? Entahlah! rasanya banyak hal yang harus aku beli, entah kenapa hasrat itu tidak bisa berhenti.    Coba tengok kamarku, penuh dengan sampah! Sepatu berjejer rapi di box dan masih baru. Entah tahun kapan aku membelinya, bahkan aku sendiri lupa isi masing-masing box itu kalau saja aku tidak membukanya. Jilbab full color komplit dengan gradasi warna dan model segala rupa, jumlahnya mungkin ratusan kalau saja aku tidak membagi-baginya. Lalu apa? Buku-buku terbaru,

Duh Mas!

Duh mas!   tetiba aku ingin menikahimu! Membeli rumah di daerah yang tak begitu terpelosok pula tak lenyap oleh hingar bingar kota. Duh mas! hasrat itu tetiba muncul, entah karena melihat si sri yang berhasil membangun rumahnya kokoh dengan bantuan mertua, atau melihat Dirman yang tengah berbahagia karna baru saja mendapati putra pertama. Duh mas! tetiba aku benar-benar ingin menikahimu, membuat nyawa baru dan menamainya radar langit lan bumi. Bila pria sebut dia radar dan bila putri sebut dia langit. Ini bukan murni rencanaku, ini karena Putri membuat prosa berisi nama anak, meliuk-liukkan kata-kata dan menari-narikannya. mereka melet-melet menyeretku masuk ke dalamnya, bila aku menolak mereka balas menghina! Duh mas! sungguh aku ingin menikahimu , saat ini juga, detik ini juga. Hasrat itu menggebu seperti halnya aku rela membunuh semua mimpiku untukmu! setan apa yang bergelayut di otakku! Tetiba seluruh isi bumi menghasutku untuk menikahimu!  Duh mas! Biark