Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2013

Jilbab itu Batas!

    ‘Jilbab itu Batas’ kata Adnan seorang teman saya di twitter. Maknanya bisa ditafsirkan sendiri. Saya juga setuju dengan ungkapan tersebut. Jilbab adalah batas, sejauh mana kita bergerak, sejauh mana kita berperilaku, berfikir dan merasa. Jilbab adalah batas diri setiap muslimah. Jadi menurut saya, bukan membatasi diri terlebih dahulu baru berjilbab tapi berjilbab untuk membatasi diri.   ‘Jilbab itu kewajiban’ kata mantan partner kerja saya dan saya mentafsirkannya sebagai suatu bentuk perintah dari dari Al-Kitab. Ditegaskan dalam surah Al-Ahzab ayat 59 ; “Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin ‘ Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka’ Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang” Itu adalah seruan/perintah untuk mengenakan jilbab.    Yang menjadi kontra selama ini adalah ada beberapa pihak yang me

Call me "Mam"

Seminggu lagi atau selambat-lambatnya sebulan lagi, sepertinya aku akan kembali dipanggil “mam”.   Mam disini berbeda dengan Mom, Mam artinya orang yang dianggap Ibu namun tidak terikat darah. Bila di bahasa Indonesiakan adalah “Bu”, “Bu” untuk bu guru dan bukan “Bu” untuk Ibu (wanita melahirkan).  Rupanya Allah SWT sungguh benar menyayangiku.   Biarpun hampir keseluruhan temanku sudah dipanggil “Mom”,”Mami”,”Bunda” atau bahkan “Umi” oleh darah daging mereka, tapi aku juga masih diberi kesempatan untuk dipanggil “Mam” walaupun oleh orang lain (anak lain). Kembali menjadi ibu guru, meski bukan pada jalur resmi (baca : sekolah). Kembali menjadi guru mengingatkanku pada salah satu murid yang kutinggal sekitar 3 tahun lalu. Namanya Angga. Kala itu Angga masih duduk di bangku kelas V Sekolah Dasar, sama dengan adik kecilku, Ipang.   Karena sekarang Ipang kelas 2 SMP, itu berarti Angga-pun duduk di kelas yang sama.  Entah bagaimana dia sekarang, entah seperti apa rupanya.

A PARTNER

(Resign, anugerah atau masalah?) Babadan, rumah Nonob “Hai Nob, Mio baru?” tanyaku melirik sebuah Motor MIO berdiri gagah di balik pintu rumah Nonob. “He em,” balas Nonob mesem. “Uiihh...! keren!” balasku kagum.  “Kamu beneran resign ?” tanyanya. “He em, udah nganggur dua hari.” “Mending dong, aku udah nganggur seminggu lebih.”  “Jangan kuatir, setelah ini ajak kamu sibuk, oke?” “Sip!” balas Nonob sumringah. “Siap?” Aku menengok ke belakang. Nonob selesai membenahi duduknya. Karna bukan motor matic, terpaksa Nonob mengangkat rok gamisnya hingga lutut. Itu supaya dia tidak perlu membonceng arah samping yang mana akan menggoyahkan keseimbangan mengemudiku.   (Itu juga salah satu alasan aku ingin ganti motor matic !) Di toko buku “Nyari buku apa sih, Re?” tanya Nonob. “EYD Nob, sama kamus KBBI, buruan cariin,” tegasku. “Nyari buku bahasa bukan di sebelah sini.” “Terus di mana?” “Ayo ikut aku, aku tuh ya apal denah Gramed